“Biar dia sabar, nanti juga dia yang menuai hasilnya. Kalau
berhasil salut saya.” -abi-
Bisa
apa untuk beliau berkata selancar ini, tau saja tidak. Ini mungkin yang
dinamakan bisa merasakan bahasa alam, bahasa yang berinteraksi dengan hati.
Bahasa yang kadang dilupakan oleh banyak manusia, bagaimana menggunkannya.
Beliau cukup mendengar cerita
dari kejauhan, jauh sekali.
Cukup hanya dengan kata-kata :
Diam, sabar, sapu tangan, ceker ayam, kuah, dipisah, anti kata ‘tidak’,
koran, buku, bola, cuek, politik, berita, senyum, telur asin, bersih.
Dengan sema ini saya harap memang
benar beliau merassakan bahasa alam tersebut dan beliau seperti merasakan
segala ha yang terjadi.
Dalam ceritanya nun jauh disana
beliau selalu membela salah satu pihak. Saya iri, mau marah tapi entah mengapa
justru perasaan senang yang ada. Baru kali ini beliau seperti ini, biarkan saja
beliau merasakan euforianya, saya senang sungguh senang.
Merasakan sebuah firasat dari sebuah isyarat, tapi bukan maksud abi untuk
menjadikan saya seorang penjilat.
Sungguh tulus segalanya.
“alam pun berbahasa”
Bahasa alam siapa yang tau, siapa
tau juga alam mendengar bahasa beliau jauh disana.
Bahasa juga doa
Dan...
Saya percaya kekutatan doa,
tinggal ditunggu jalannya akan berliku atau lurus saja.
“ Sudah kamu gak boleh kayak
gitu, sabar kata kuncinya, itu sama kayak abi” –abi-
Dan...
Abi I miss you so much :*
Abi terimaksih doanya selama ini
Sabarnya abi gak bohong ya
Percaya saya akan tetap
menjadi gadis kecil abi yang berusia 6
tahun, rasa sayang saya tidak akan pernah akan berubah