Ada seorang anak
yang ingin sekali mengenal tentang alam. Sejak dia menginjak pendidikan
ditingkat menengah dia sudah ingin sekali bertemu dengan alam terbuka entah itu
alam di dataran tinggi ataupun bisa dibawah permukaan laut. Apa daya kehidupan
dia di ibu kota membuatnya mimpi itu susah untuk diwujudkan.
Setiap hari
libur dia senang sekali melihat acara di televisi yang menayangkan suasana alam
terbuka. Dia selalu mempunyai mimpi “Aku harus bisa kayak gitu”. Suatu saat
anak tersebut membaca novel yang berisi tentang bagaimana keindahan puncak
gunung Semeru yaitu Mahameru. Dia selalu ingin tahu bagaimana keindahan alam
diatas sana, ya diatas mahameru sana. Bagaimana udaranya? Apakah iya seperti
yang dia rasakan seperti hingar bingar ibu kota. Pasti tidak. Kalau dia bisa
bilang “Itu disana pasti keren”.
Anak ini
menceritakan buku tentang Mahameru itu kepada ibu, tapi apa daya sepertinya ibu
tidak mendukung akan mimpinya kesana. Singkat cerita dari ibu
“Jangan sok
jagoan buat naik gunung.”
Anak ini tidak
patah semangat,pokoknya harus tetep bisa ke Mahameru.Titik
Masa menjadi
mahasiswa akhirnya datang di kehidupan anak ini. Dia telah menjauh dari
kehidupan sumpek ibu kota. Dia sudah tidak kemana-kemana harus sama ibu atau
ayah. Ada motor hitamnya yang setia menemani kemana-kemana, walaupun bisa
mengendarainya saja pada saat masuk kuliah. Apapun hidupnya sudah lebih bisa
agak ‘bebas’.
Bebas dan
berharap bisa bertemu teman-teman yang hobi mendaki gunung.
Dan ternyata
bertemu.
Banyak sekali di
dunia mahasiswa yang mencintai kegiatan mendaki gunung. Anak itu senang dia
yakin mimpinya akan segera terwujud. Dia akan segera melihat MAHAMERU.
Ketika
teman-teman nya merencanakan akan mendaki gunung, anak ini mencoba meminta izin
kepada ayah dan ibu nya dan jawabannya adalah “Tidak boleh”. Rasanya ingin
melanggar saja keputusan ayah dan ibu.
Anak ini mencoba
melepaskan kekecewaan dengan belajar menikmati alam bawah laut, tapi itu tidak
membayar mimpinya tentang MAHAMERU.
Setiap kali
meminta izin untuk pergi mendaki gunung selalu mendapat jawaban tidak.
Sedih dan kecewa
itu pasti. Sesak di hati mendengar cerita teman-teman telah mendaki banyak
gunung, terutama siapa yang telah bercerita tentang Semeru. Rasanya mau marah
ketika mereka berbicara. Anak itu lebih baik menjauh ketika teman-teman
bercerita dan menutup mata apabila melihat foto teman-teman dalam mendaki
gunung beredar cepat di sosial media.
Anak ini berniat
sebelum dia lulus dari mahasiswa nanti paling tidak dia pernah mengunjungi ranu
kumbolo, tapi sepertinya ayah dan ibu berat sekali untuk memeberi izin.
Anak ini selalu
berpikir apa yang salah dari mendaki? Apa yang salah dari alam di gunung? Apa
yang salah membawa tas carier yang berat? Apa yang salah dari mimpi untuk
melihat keindahan alam Mahameru?
Semua salah
dirinya. Percuma bermimpi apabila tak ada usaha untuk mencapainya. Dirinya
tidak pernah belajar hal-hal yang paling sederhana di dalam kehidupan.
Bagaimana
menyalakan korek api? Bagaimana tali menali? Bagaimana kalau terluka? Dan
bagaimana-bagaimana lainnya.
Anak manja.
Kalau bermimpi
setidaknya agak realistis sedikit.
Kecewa, sedih,
menyayat,ironi.
Wahai anak kota itu
belajarlah berusaha untuk meraih mimpi mu.
MAHAMERU sampai
kapan pun tetap akan selalu menjadi impiannya.
“MAHAMERU suatu
saat nanti kau akan melihat ku”
Salam
Cerita dari
kota.