Monday, November 25, 2013

Cerita dari Kota

Ada seorang anak yang ingin sekali mengenal tentang alam. Sejak dia menginjak pendidikan ditingkat menengah dia sudah ingin sekali bertemu dengan alam terbuka entah itu alam di dataran tinggi ataupun bisa dibawah permukaan laut. Apa daya kehidupan dia di ibu kota membuatnya mimpi itu susah untuk diwujudkan.

Setiap hari libur dia senang sekali melihat acara di televisi yang menayangkan suasana alam terbuka. Dia selalu mempunyai mimpi “Aku harus bisa kayak gitu”. Suatu saat anak tersebut membaca novel yang berisi tentang bagaimana keindahan puncak gunung Semeru yaitu Mahameru. Dia selalu ingin tahu bagaimana keindahan alam diatas sana, ya diatas mahameru sana. Bagaimana udaranya? Apakah iya seperti yang dia rasakan seperti hingar bingar ibu kota. Pasti tidak. Kalau dia bisa bilang “Itu disana pasti keren”.
Anak ini menceritakan buku tentang Mahameru itu kepada ibu, tapi apa daya sepertinya ibu tidak mendukung akan mimpinya kesana. Singkat cerita dari ibu 
“Jangan sok jagoan buat naik gunung.”

Anak ini tidak patah semangat,pokoknya harus tetep bisa ke Mahameru.Titik
Masa menjadi mahasiswa akhirnya datang di kehidupan anak ini. Dia telah menjauh dari kehidupan sumpek ibu kota. Dia sudah tidak kemana-kemana harus sama ibu atau ayah. Ada motor hitamnya yang setia menemani kemana-kemana, walaupun bisa mengendarainya saja pada saat masuk kuliah. Apapun hidupnya sudah lebih bisa agak ‘bebas’.
Bebas dan berharap bisa bertemu teman-teman yang hobi mendaki gunung.
Dan ternyata bertemu.

Banyak sekali di dunia mahasiswa yang mencintai kegiatan mendaki gunung. Anak itu senang dia yakin mimpinya akan segera terwujud. Dia akan segera melihat MAHAMERU.
Ketika teman-teman nya merencanakan akan mendaki gunung, anak ini mencoba meminta izin kepada ayah dan ibu nya dan jawabannya adalah “Tidak boleh”. Rasanya ingin melanggar saja keputusan ayah dan ibu.
Anak ini mencoba melepaskan kekecewaan dengan belajar menikmati alam bawah laut, tapi itu tidak membayar mimpinya tentang MAHAMERU.

Setiap kali meminta izin untuk pergi mendaki gunung selalu mendapat jawaban tidak.
Sedih dan kecewa itu pasti. Sesak di hati mendengar cerita teman-teman telah mendaki banyak gunung, terutama siapa yang telah bercerita tentang Semeru. Rasanya mau marah ketika mereka berbicara. Anak itu lebih baik menjauh ketika teman-teman bercerita dan menutup mata apabila melihat foto teman-teman dalam mendaki gunung beredar cepat di sosial media.
Anak ini berniat sebelum dia lulus dari mahasiswa nanti paling tidak dia pernah mengunjungi ranu kumbolo, tapi sepertinya ayah dan ibu berat sekali untuk memeberi izin.

Anak ini selalu berpikir apa yang salah dari mendaki? Apa yang salah dari alam di gunung? Apa yang salah membawa tas carier yang berat? Apa yang salah dari mimpi untuk melihat keindahan alam Mahameru?

Semua salah dirinya. Percuma bermimpi apabila tak ada usaha untuk mencapainya. Dirinya tidak pernah belajar hal-hal yang paling sederhana di dalam kehidupan.
Bagaimana menyalakan korek api? Bagaimana tali menali? Bagaimana kalau terluka? Dan bagaimana-bagaimana lainnya.
Anak manja.

Kalau bermimpi setidaknya agak realistis sedikit.
Kecewa, sedih, menyayat,ironi.
Wahai anak kota itu belajarlah berusaha untuk meraih mimpi mu.

MAHAMERU sampai kapan pun tetap akan selalu menjadi impiannya.


“MAHAMERU suatu saat nanti kau akan melihat ku”


Salam

Cerita dari kota.